Senin, 20 September 2010

'Wanita Solehah'


Dalam surat Ar-Rahman 16, Allah berfirman : "Di dalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukan pandangannya. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka. Tidak pula oleh jin".

Wanita-wanita surga disebut sebagai bidadari. Yang terbagi menjadi dua yaitu bidadari yang Allah SWT ciptakan langsung sebagai bidadari (sudah ditempatkan di surga) dan wanita-wanita mukmin yang ada di bumi (yang kelak bila masuk surga menjadi bidadari).

Dalam buku Tamasya ke Surga, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah menulis, bidadari-bidadari itu adalah wanita suci yang menyenangkan dipandang mata, menyejukkan dilihat dan menentramkan hati setiap pemiliknya. Rupanya cantik jelita, kulitnya mulus. Ia memiliki akhlak yang paling baik, perawan, kaya akan cinta, dan umurnya sebaya.


orang yang akan sangat beruntung mendapatkannya adalah orang-orang yang syahid karena berjihad di jalan Allah, orang-orang yang tulus dan ikhlas membela Agama Allah.

Ali`Imran 15 :
"Katakanlah hai Muhammad : Inginkah aku kabarkan kepada kalian apa yang lebih baik daripada yang demikian itu? Untuk orang-orang bertaqwa disisinya Rabbnya ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Dan istri-istri yang suci serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya.

Dalam QS. Ad-Dukhan 51-54 : "Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada di tempat yang aman. Di dalam taman-taman dan mata air-mata air. Mereka memakai sutera halus dan sutera tebal (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah dan Kami jodohkan mereka kepada bidadari-bidadari bermata jeli".

Seiring dengan datangnya Islam ke bumi sebagai rahmatan lilalamiin, turun juga bidadari-bidadari, dia berwujud manusia yang berhati lembut, menyenangkan dan menyejukkan bila dipandang mata serta menentramkan hati setiap pemiliknya. Dialah wanita sholehah yang menjaga kesucian dirinya.Allah telah menetapkan beberapa wanita mulia sebagai penghuni surga & penghulu (pemimpin) para bidadari, mereka adalah:

1. Asiyah
Sebagai istri Firaun (raja yang sangat zalim), ia mampu mempertahankan aqidah yang dibawa oleh Nabi Musa AS, ia tidak tergiur dengan harta, kemewahan, tahta & kekuasaan dan selalu memanjatkan do'a : " Ya Rabb-ku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga, dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim (QS At-Tahriim 11)

Ia juga teguh memegang keyakinannya pada Allah semata walapun Firaun tak hentinya menyiksa. Sesaat sebelum syahid menjemput, ia tersenyum melihat malaikat-malaikat langit turun mendatanginya dan mengajaknya menuju rumah di sisi Rabbnya di surga.

2. Maryam
Lahir dari keluarga pemuka agama Bani Israil, Maryam yang oleh orangtuanya diharapkan lahir laki-laki telah dinazarkan untuk diserahkan kepada Baitul Maqdis dan berkhidmat kepada agama Allah. Hidupnya dijalani dengan penghambaan yang utuh kepada Allah SWT. Ia tak pernah menyesali sesuatu yang tidak pernah dimiliki dan menerima dengan lapang hati taqdir Illahi.

3. Khadijah
Wanita mulia yang penuh keikhlasan dalam mendermakan seluruh kekayaanya untuk dakwah Rasulullah SAW, demi tegaknya Islam. Begitu tinggi kedudukan beliau di sisi-Nya sampai-sampai sudah disiapkan untuknya sebuah istana dari permata nan sejuk & damai di surga.
…Ia beriman padaku ketika semua manusia ingkar. Ia membenarkanku ketika seluruh manusia mendustakan. Ia membantuku dengan hartanya ketika semua manusia menahan harta mereka...(HR Ahmad)

4. Fatimah
Fatimah yang tumbuh dan berkembang dalam binaan langsung dari ayahanda Rasul yang baik, lemah lembut dan terpuji menjadikannya seorang gadis yang juga penuh kelembutan, berwibawa, mencintai kebaikan plus akhlak terpuji meneladani sang ayah. Rasulullah SAW pun menisbatkannya sebagai wanita penghulu surga.

wanita yang kelak berpeluang menjadi bidadari baik di dunia terutama di akhirat kelak:

1. Ia adalah wanita yang paling taat kepada Allah. Ia senantiasa menyerahkan segala urusan hidupnya kepada hukum dan syariat Allah
2. Ia menjadikan Al-Quran dan Al-Hadis sebagai sumber hukum dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya
3. Ibadahnya baik dan memiliki akhlak serta budi pekerti yang mulia. Tidak hobi berdusta, bergunjing dan riya
4. Berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya. Ia senantiasa mendoakan orang tuanya, menghormati mereka, menjaga dan melindungi keduanya
5. Ia taat kepada suaminya. Menjaga harta suaminya, mendidik anak-anaknya dengan kehidupan yang islami. Jika dilihat menyenangakan, bila dipandang menyejukkan, dan menentramkan bila berada didekatnya. Hati akan tenang bila meninggalkanya pergi. Ia melayani suaminya dengan baik, berhias hanya untuk suaminya, pandai membangkitkan dan memotifasi suaminya untuk berjuang membela agama Allah
6. Ia tidak bermewah-mewah dengan dunia, tawadhu, bersikap sederhana. Kesabarannya luar biasa atas janji-janji Allah, ia tidak berhenti belajar untuk bekal hidupnya
7. Ia bermanfaat dilingkungannya. Pengabdianya kepada masyarakat dan agama sangat besar. Ia menyeru manusia kepada Allah dengan kedua tangan dan lisannya yang lembut, hatinya yang bersih, akalnya yang cerdas dan dengan hartanya. "Dan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah". (HR Muslim)

Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholehah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini.

|
Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang - orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah sholat, tunaikan zakat dan taatilah Allah dan Rosulnya. Sesunggunya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait (keluarga rumah tangga Nabi SAW) dan membersihkan kamu sebersih - bersihnya (Al Ahzab : 33)

Menjadi wanita sholehah harapan setiap muslimah, karena wanita sholehah adalah sebaik baik perhiasan dunia yang sehelai rambutnya tak terbeli oleh apapun di dunia dan hanya wanita sholehahlah yang mampu melahirkan generasi Robbani yang selalu siap memikul risalah Islamiyah menuju puncak kejayaan. Namun menjadi wanita sholehah bukanlah perkara mudah. Maka dengan kasih sayangNya, Allah telah menyiapkan perangkat-perangkat arahan bagi semua muslimah agar dapat menjadi wanita sholehah. Ayat di atas merupakan refleksi cinta Allah terhadap kaum wanita.

ISLAM MEMULIAKAN WANITA BUKAN MEMBELENGGU
Islam menganjurkan agar wanita Mulaazamatul Buyut (menetap di rumah). Dalam ayat tersebut memang ditujukan kepada isteri Rosulullah saw, namun berlaku juga oleh semua muslimah hingga akhir zaman. Meski demikian, perintah menetap di rumah bagi wanita sama sekali tidak boleh dimaknai bahwa wanita dilarang keluar rumah, sebab, Nabi bersabda: "Janganlah kalian larang kaum wanita keluar rumah".(Muttafaqun alaih)

Dalam kitab 'Al Muwaththaq' yang ditulis oleh Iman Malik meriwayatkan bahwa Aisyah pernah keluar rumah membesuk ayahnya, Abu Bakar RA yang sedang sakit. Sebagian isteri-isteri Nabi juga pernah keluar rumah demi menunaikan ibadah haji maupun ikut dalam perjalanan perang Fisabilillah bersama Rosul. Karenanya perintah dalam ayat tersebut harus dimaknai sebagai isyarat bahwa rumah adalah tempat asal kehidupan kaum Hawa sehingga keberadaannya diluar rumah hendaknya tidak boleh menjadi prioritas utama sehingga mendominasi kehidupannya. Perlu dipertegaskan kembali bahwa perintah menetap di rumah adalah dalam rangka memuliakan diri wanita, memperkokoh posisi, dan kehormatannya. Sama sekali bukan untuk membelenggu dan merendahkan wanita sebagaimana sering disuarakan oleh para propagandis gerakan Feminisme.

Dengan memprioritaskan tinggal di rumah, muslimah tentu lebih dapat berkontribusi dalam mentarbiyyah keluarga dan mendidik anak, menciptakan suasana rapi, indah, nyaman, serta mampu mencurahkan perhatian kepada anggota keluarganya sehingga mereka semua dapat merasakan BAITI JANNATI Berkenaan dengan itu, maka dalam Islam tanggung jawab mencari nafkahpun tidaklah dibebankan kepada isteri, melainkan menjadi kewajiban suami dan bila isteri ikut membantu dalam mencari nafkah maka hal itu menjadi pahala sedekah bagi seorang istri.

KONTRAPRODUKTIF FEMINISME
Jika di beberapa Negara Islam, termasuk Indonesia para penyeru gerakan feminisme begitu antusias mempropagandakan kesetaraan zender, di negara Barat sinyal gerakan ini justru semakin meredup karena sudah terasa dampak negatifnya yang ditimbulkan dari gerakan ini di lapangan kehidupan. Di tengah kemajuan partisipasi angkatan kerja wanita di dunia maskulin tidak sedikit, dari kalangan cendekiawan Barat yang mengkritik bahwa kondisi wanita bukan menjadi lebih baik, melainkan menjadi buruk.

Sylvia Hewlett dalam bukunya: A LESSER LIFE: The Myth of Women Liberation. Amerika (1986), mengulang dengan rinci kondisi wanita yang menyedihkan karena adanya gerakan feminisme. Istilah memenezation of proverty (pemiskinan wanita) semakin terdenagr pada pertengahan tahun 1980-an (membincang feminisme h. 211, Risalah Gusti, 1996).

Bahkan, Miles Mark Janli, penulis Amerika kenamaan, menyuarakan dengan lantang agar wanita kembali ke rumah. "Aku selalu berupaya meyakinkan kaum wanita bahwa mereka lebih berhak untuk berlaku sebagai pendidik di rumah" Apa yang terungkap di atas, semakin meyakinkan penulis terhadap kebenaran ayat ilahi dan pelanggaran terhadap nilai nilai robbaniyyah yang mulia jelas telah menimbulkan "bencana" di setiap aspek kehidupan. Hal itu dapat kita buktikan dengan semakin seringnya kita temui keluarga muslim yang berada di ambang kehancuran karena kaum wanita lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melupakan eksistensi diri sebagai muslimah yang dengan berbagai perangkah mulia yang diwariskan oleh Islam.

PRODUKTIF DARI RUMAH
Yang menarik untuk diperhatikan, perintah tetap di rumah tidaklah berdiri sendiri, melainkan diiringi kalimat agar mendirikan sholat, menunaikan zakat, mentaati Allah dan Rosul. Ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa menetap di rumah tidaklah identik dengan pasif, statis, mandeg dan stagnan., justru rumah hendaklah menjadi "perusahaan bagi berbagai proyek-proyek besar" mampu memproduksi berbagai amal kebajikan untuk mengimplementasikan nilai Ajaran Islam yang menjunjung tinggi dua hal pokok, yaitu hablu minallah wa hablu minannas.

Dengan demikian, Islam secara tegas menganjurkan muslimah agar menjadi sosok yang selalu produktif dan kreatif di rumah. Produktifitas dan kreatifitas ini pun hendaknya tidak selalu dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat spiritual. Namun, tentunya akan sangat berarti dan memiliki "nilai jual" yang tinggi di sisi Allah manakala dari sentuhan tarbiyatul aulad seorang muslimah dapat memproduksi generasi robbani, pembawa panji suci yang siap menjadi pemimpin masa depan Islam di tengah tantangan dakwah yang semakin berat. Jika hal itu berhasil, maka peran muslimah untuk mewujudkan baldatun Thayyabatun Wa Robbun Ghafuur bukanlah mimpi.

1 komentar:

  1. mba' kok gag di lanjutin ngeblognya...
    makasih info tentang mulimahnya...

    BalasHapus